Sabtu, 27 Juni 2015

laporan praktikum ammeter dan voltmetert



AMMETER DAN VOLTMETER
Ani Nurbaya, Busrah Amanda, Nurhidayati Mursid, Yeni Mutiaraningsih
Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Tarbiyah UIN Alauddin Makassar
Abstrak
Telah dilakukan praktikum elektronika dengan judul “Ammeter dan Voltmeter. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Jurusan Pendidikan Fisika. Praktikum ini bertujuan untuk memahami prinsip kerja ammeter dan voltmeter. Variabel yang diukur dalam praktikum ini adalah besar arus dan tegangan yang mengalir pada alat ukur basicmeter, multimeter digital dan multimeter analog, variabel kontrol adalah sumber tegangan, variabel manipulasi adalah besarnya nilai resistansi dan batas ukur yang digunakan dalam mengukur tegangan dan kuat arus. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa alat ukur  yang memiliki batas ukur kecil maka akan melewatkan arus dan tegangan dengan nilai resistor yang kecil pula. Begitupun sebaliknya dengan hambatan yang nilainya besar maka alat ukur tidak mampu membaca arus dan tegangan yang mengalir dalam suatu rangkain. Pembahasan dalam percobaan tersebut adalah pada suatu rangkaian, alat ukur ammeter dirangkai secara seri terhadap hambatan, sedangkan alat ukur voltmeter dirangkai secara paralel terhadap hambatan yang digunakan. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil praktikum ini adalah  untuk mengukur kuat arus listrik dalam suatu rangkaian maka digunakan ammeter dengan cara dipasang secara seri, sedangkan untuk mengukur tegangan dalam suatu rangkaian maka digunakan alat ukur voltmeter dengan cara dipasang secara paralel.
Kata kunci: arus listrik, tegangan listrik, resistansi resistor.
TUJUAN
Memahami Prinsip Kerja Ammeter dan Voltmeter.

METODE EKSPERIMEN
Teori Singkat
    Kuat arus didefinisikan sebagai jumlah muatan yang mengalir melalui penampang suatu kawat penghantar persatuan waktu. Secara sistematisnya kuat arus dituliskan sebagai berikut:
I = Q/t
dengan, I    = kuat arus listrik (A)
 Q    = jumlah muatan yang mengalir (C)
  t    = waktu (s)
             1 A    = 1 C/s
Untuk mengukur kuat arus listrik dalam suatu penghantar dapat dilakukan dengan menggunakan amperemeter. Cara pengukurannya yaitu dengan menghubungakan alat ukur arus lisrtri secara seri dengan sumber tegangan listrik (Barry., 2006: 45).
Jika berbagai komponen listrik dihubungkan membentuk suatu rangakaian terhadap adanya percabangan diantara kutub-kutub sumber ggl, dikatakan bahwa komponen-komponen tersebut terhubung dalam satu rangkaian seri. Elektron-elektron mengalir dari kutub negatif sumber arus listrik melalui kabel dan masing-masing komponen seri berurutan dan akhirnya kembali ke kutub positif sumber arus listrik. Kuat arus yang mengalir selalu sama di setiap titik di sepanjang rangkaian (Dennis,2011: 74).
Setiap alat ukur arus listrik atau amperemeter memiliki karateristik yang berbeda, baik arus maksimum yang didapat atau skala yang tertera pada amperemeter. Cara membaca skala pada amperemeter adalah dengan menggunakan rumusan sebagai berikut:
Hasil pengukuran = (skala yang ditunjuk : skala maksimum) x batas ukur
(Robert,2010: 154).
    Pergerakan muatan atau arus di dalam konduktor dapat diibaratkan air yang mengalir di dalam pipa. Agar air mengalir dengan deras maka air harus digerakkan dari potensial tinggi ke potensial rendah. Begitupun arus listrik, agar arus bergerak dengan cepat, diantara kedua kutub harus diberi  beda potensial yang tinggi. Beda potensial yang menyebabkan arus mengalir biasa disebut dengan tegangan listrik. Tegangan listrik juga dapat didefinisikan sebagai ukuran untuk kerja yang dibutuhkan untuk memindahkan muauutan melalui elemen. Satuan tagangan adalah volt, dan 1 volt sama dengan 1 Joule/sekon. Tegangan disimbolkan dengan V (owen, 2002: 65). Efek pemasanagn voltmeter terhadap rangkaian disebut juga loading effect. Efek ini dapat diartikan sebagai pengaruh pemasangan voltmeter yang akan merubah besaran voltase yang ingin diukur karena voltmeter juga terukur sebagai beban, sehingga resistansi voltmeter harus jauh lebih tinggi atau lelbih besar dari beban yang ingin diukur (Sutrisno,1986: 78).
Alat dan Komponen
    Alat
    Power Supplay                             1 buah
    Basic Meter                            1 buah
    Multimeter Analog                        1 buah
    Multimeter Digital                            1 buah


    Komponen
    Resistor 39 Ω                            1 buah
    Resistor 470 Ω                            1 buah
    Kabel Penghubung                         6 buah
Identifikasi Variabel
Kegiatan 1: Pengukuran Tegangan Listrik
    Variabel manipulasi    : batas ukur dan jenis-jenis alat ukur.
    Manipulasi respon    : hasil pengukuran tegangan listrik.
    Variabel kontrol    : besar tegangan sumber dan nilai resistansi resistor.
Kegiatan 2: Pengukuran Kuat Arus Listrik
    Variabel manipulasi    : batas ukur dan jenis-jenis alat ukur.
    Manipulasi respon    : hasil pengukuran kuat arus listrik.
    Variabel kontrol    : besar tegangan sumber dan nilai resistansi resistor.
Definisi Operasional Variabel
Kegiatan 1: Pengukuran Tegangan Listrik
    Variabel manipulasi:
    Batas ukur adalah batas maksimun yang dapat terukur pada alat ukur voltmeter
    Jenis-jenis alat ukur adalah alat yang digunakan untuk mengukur tegangan listrik, yaitu basic meter dan multimeter digital.
    Variabel respon:
    Hasil pengukuran kuat arus listrik adalah hasil yang didapatkan dari alat ukur yang digunakan pada voltmeter baik itu pada alat ukur basicmeter, multimeter analog maupun multimeter digital.
    Variabel kontrol:
    Besar tegangan sumber adalah besarnya nilai tegangan yang didapatkan pada alat ukur Voltmeter.
    Nilai resistansi resistor adalah komponen yang membatasi besarnya arus yang mengalir pada rangkaian, dimana dalam percobaan digunakan resistor 39 Ω dan 470 Ω.
Kegiatan 2: Pengukuran Kuat Arus Listrik
    Variabel manipulasi:
    Batas ukur adalah batas maksimun yang dapat terukur pada alat ukur ammeter.
    Jenis-jenis alat ukur adalah alat yang digunakan untuk mengukur besaran kuat arus listrik, yaitu basic meter, multimeter digital dan multimeter analog.
     Variabel respon:
    Hasil pengukuran kuat arus listrik adalah hasil yang didapatkan dari alat ukur yang digunakan pada ammeter baik itu pada alat ukur basicmeter, multimeter analog maupun multimeter digital.
    Variabel kontrol:
    Besar tegangan sumber adalah besarnya nilai tegangan yang didapatkan.
    Nilai resistansi resistor adalah komponen yang membatasi besarnya arus yang mengalir pada rangkaian, dimana dalam percobaan digunakan resistor 39 Ω dan 470 Ω.
ProsedurKerja
Adapun prosedur kerja dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
Kegiatan 1: Mengukur tegangan listrik
    Menyiapkan alat dan komponen yang akan digunakan.
    Merangkai alat dan komponen seperti pada gambar di bawah ini:

  







 Gambar 1: Pengukuran Tegangan dengan menggunakan basic meter
    Mencatat nilai pustaka alat dan komponen yang digunakan.
    Menghitung sumber tegangan dengan menggunakan voltmeter sebesar 2,59 volt.
    Menentukan NST voltmeter pada basic meter.
    Mengukur tegangan total resistor dan tegangan pada masing-masing resistor.
    Mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.
    Mengulangi langkah 2-6 dengan memanipulasi alat ukur dan NST alat ukur yaitu dengan menggunakan multimeter digital.
Kegiatan 2: Mengukur arus listrik
    Merangkai alat dan bahan seperti pada gambar dibawah ini:









    Gambar 2: pengukuran arus listrik dengan menggunakan basic meter
    Mencatat nilai pustaka alat dan komponen yang digunakan.
    Menghitung sumber tegangan dengan menggunakan voltmeter sebesar 2,59 volt.
    Menentukan NST ammeter pada basic meter.
    Mengukur arus total resistor dan arus pada masing-masing resistor.
    Mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.
    Mengulangi langkah 2-6 dengan memanipulasi alat ukur dan NST alat ukur yaitu dengan menggunakan multimeter digital dan multimeter analog.
HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS DATA
Hasil Pengamatan
    Pengukuran Tegangan Listrik
Tabel 1.1: Pengukuran Tegangan Listrik dengan Basic Meter
R1 : 39 Ω                Vs         : 2,95 volt      
R2 : 470 Ω                Jumlah skala    : 50 skala  
No    Batas ukur    Nilai skala terkecil (NST)    Tegangan (V)    Tegangan Total
(V)
            R1    R2  
1.    50 V    1 V    0,0    2,0    2,0
2.    10 V    0,2 V    0,20    2,60    2,80
3.    1 V    0,02 V    0,200    ~    ~
4.    100 mV    0,002 mV    ~    ~    ~

Tabel 1.2: Pengukuran Tegangan Listrik dengan Multimeter Digital
R1 : 39 Ω                  
R2 : 470 Ω
Vs : 2,95 volt
No    Batas ukur    Nilai skala terkecil (NST)    Tegangan (V)    Tegangan Total
(V)
            R1    R2  
1.    200 V    0,1 V    0,20    2,90    2,90
2.    20 V    0,01 V    0,020    2,700    2,950
3.    2000 mV    1 mV    ~    2,0    ~
4.    200 mV    0,1 mV    ~    0,20    ~

    Pengukuran Arus Listrik
Tabel 2.1: Pengukuran Arus Listrik dengan Basic Meter
R1     : 39 Ω                Vs         : 2,95 volt      
R2     : 470 Ω            Jumlah skala    : 50 skala
No    Batas ukur    Nilai skala terkecil (NST)    Arus Listrik (A)    Arus Total
(A)
            R1    R2  
1.    5 A    0,1 A    0,00    0,00    0,00
2.    1 A    0,02 A    0,060    0,000    0,060
3.    100 mA    2 mA    ~    ~    ~
4.    100 µA    2 µA    ~    ~    ~

Tabel 2.2: Pengukuran Arus Listrik dengan Multimeter Analog
R1    : 39 Ω                Vs        : 2,95 volt  
R2    : 470 Ω            Jumlah skala    : 50 skala
No    Batas ukur    Nilai skala terkecil (NST)    Arus Listrik (mA)    Arus Total
(mA)
            R1    R2  
1.    500 mA    10 mA    40,0    0,0    40,0
2.    50 mA    1 mA    ~    3,0    3,0
3.    0,5 mA    0,01 mA    ~    ~    ~
Tabel  2.3: Pengukuran Arus  Listrik dengan Multimeter Digital
R1 : 39 Ω                  
R2 : 470 Ω
Vs : 2,95 volt
No    Batas ukur    Nilai skala terkecil (NST)    Arus Listrik    Arus Total

            R1    R2  
1.    10 A    0,1 A    0,06 A    0,01 A    0,07 A
2.    200 mA    0,1 mA    0,40 mA    0,10 mA    0,50 mA
3.    20 mA    0,01 mA    0,070 mA    0,100 mA    0,170 mA
4.    2 mA    1 mA    2,0 mA    2,0 mA    4,0 mA

Analisis Data
Kegiatan 1: Pengukuran tegangan listrik
Vs = 2,95 volt
R1 = 39 Ω
R2 = 470 Ω
    Menghitung hambatan ekivalen
Rek  = R1 + R2
      =  39 + 470
      = 509 Ω
    Menghitung tegangan listrik
    Tegangan total pada rangkaian
Vtot  = Vs
 =  2,95 volt = 2950 mV
    Tegangan pada "R" _"1"  =  39  Ω
 V1    = "R" _"1" /( "R" _"ek"  )  Vtot
                 = 39/509 x 2,95
             = 0,22 volt = 220 mV



    Tegangan pada "R" _"2"  =  470  Ω
 V2    = "R" _"2" /( "R" _"ek"  )  Vtot
             = 470/509 x 2,95
             = 2,72 volt = 2720 mV
    Menghitung % perbandingan kesalahan hasil perhitungan dengan hasil pengukuran tegangan listrik
% kesalahan "V"      = |("V" _"analisis"  "- " "V" _"pengukuran" )/"V" _"analisis"  | x 100%
    Kesalahan mutlak
    ∆V   =    1/2 x NST Voltmeter
    Pelaporan Fisika
    PF = |"V" _"n"  " ± ∆V" | volt

Tabel 1.7: Hasil Analisis dengan Menggunakan Basicmeter
No.    Batas Ukur    (NST)    % Kesalahan    Kesalahan Mutlak    Pelaporan Fisika
            R1    R2        R1    R2
1    50 V    1    100    26,47    0,5    |"0,0  ± 0,5" | volt    |"2,0 ± 0,5" | volt
2    10 V    0,2    9,09    16,59    0,1    |"0,2 ± 0,1" | volt    |"2,6 ± 0,1" | volt
3    1 V    0,02    9,09    -    0,01    |"0,20 ± 0,01" |  volt    -
4    100 mV    0,002    -    -    0,001    -    -


Tabel 1.8: Hasil Analisis dengan Menggunakan Multimeter Digital
No.    Batas Ukur    (NST)    % Kesalahan    Kesalahan Mutlak    Pelaporan Fisika
            R1    R2        R1    R2
1    200 V    0,1    9,09    6,62    0,05    |"0,2 ± 0,5" | volt    |"2,9  ± 0,05" | volt
2    20 V    0,01    90,90    0,74    0,005    |"0,020 ± 0,005" | volt    |"2,700 ± 0,005" | volt
3    2000  mV    1 mV    -    99,92    0,5    -    |"2,0 ± 0,5" | mV
4    200 mV    0,1 mV    -    99,99    0,05    -    |"0,20 ± 0,05" | mV

Kegiatan 2: Pengukuran Arus Listrik
"V" _"s"  = 2,95 Volt
"R" _"1"  = 39 Ω
"R" _"2"  = 470 Ω
    Menghitung hambatan ekuivalen
"1" /"R" _"ek"    = "1" /"R" _"ek"    +  "1" /"R" _"ek" 
"R" _"ek"  = ("R" _"1 "  "R" _"2" )/("R" _"1 "  〖"+ R" 〗_"2"  )
  = "39 .470" /"39 +470"    
    = 36,01  Ω
    Menghitung kuat arus listrik
    Untuk arus total pada rangkaian
   "I" _"tot"  =   "V" _"S" /"R" _"ek" 
 = "2,95" /"36,01"
 = 0,08 A = 80 mA = 80.000 µA
    Untuk arus pada R1 = 39 Ω
I1    = "R" _"1" /"R" _"ek"    Itot
         = "39" /"36,01"  x 0,08
       = 0,086 A = 86 mA = 86.000 µA
    Untuk arus pada R2 = 470 Ω
I2    = "R" _"2" /"R" _"ek"    Itot
       = "470" /"36,01"  x 0,08
       = 1,044 A = 1044 mA = 1,044 x 106 µA
    Menghitung % perbandingan kesalahan hasil perhitungan dengan hasil pengukuran arus listrik
         % kesalahan "I" _"n"   = |("I" _"analisis"  "- " "I" _" pengukuran" )/"I" _"analisis"  | x 100%
    Kesalahan mutlak
∆I   = 1/2 x NST Ammeter
    Pelaporan Fisika
PF =  |I_n± ∆I| A atau PF =  |I_n± ∆I| mA
Tabel 1.9: Analisis Pengukuran Kuat Arus pada Basicmeter
No.    Batas Ukur    (NST)    % Kesalahan    Kesalahan Mutlak    Pelaporan Fisika
            R1    R2        R1    R2
1    5 A    0,1    100    100    0,05    |"0,0  ± 0,05" | A    |"0,0 ± 0,05" | A
2    1 A    0,02    30,23    100    0,01    |"0,06 ± 0,01" | A    |"0,00 ± 0,01" | A
3    100 mA    2 mA    -    -    1    -    -
4    100 μA    2 μA    -    -    1    -    -

Tabel 1.10: Analisis Pengukuran Kuat Arus pada Multimeter Analog
No.    Batas Ukur    (NST)    % Kesalahan    Kesalahan Mutlak    Pelaporan Fisika
            R1    R2        R1    R2
1    500 mA    10 mA    53,48    100    5    |"40,0 ± 5" | mA    |"0,0 ± 5" | mA
2    50 mA    1 mA    -    99,71    0,5    -    |"3,0  ± 0,05" | mA
3    0,5 mA    0,01 mA    -    -    0,005    -    -

Tabel 1.11: Analisis Pengukuran Kuat Arus pada Multimeter Digital
No.    Batas Ukur    (NST)    % Kesalahan    Kesalahan Mutlak    Pelaporan Fisika
            R1    R2        R1    R2
1    10 A    0,1 A    30,23    99,04    0,05    |"0,06 ± 0,05" | A    |"0,01 ± 0,05" | A
2    200 mA    0,1 mA    99,53    99,99    0,05    |"0,40 ± 0,05" | mA    |"0,10 ± 0,05" | mA
3    20 mA    0,01 mA    99,91    99,99    0,005    |"0,070 ± 0,005" | mA    |"0,100 ± 0,005" | mA
4    2 mA    1 mA    97,67    99,80    0,5    |"2,0 ± 0,5" | mA    |"2,0 ± 0,5" | mA

PEMBAHASAN
    Pengukuran Tegangan Listrik pada Rangkaian.
Pada pengukuran  tegangan digunakan dua buah resistor yaitu 39 Ω dan 470 Ω serta besar tegangan sumber yang terukur yaitu 2,95 volt. Pada pengukuran  tegangan dengan menggunakan basik meter, batas ukur yang digunakan yaitu 50 V dimana pada batas ukur ini pada masing-masing resistor terdapat nilai terukur dengan % kesalahan pada R1 dan R2 sebesar 100 % dan 26,47 % , Pada batas ukur 10 V dimana pada batas ukur ini pada masing-masing resistor terdapat nilai terukur dengan % kesalahan pada R1 dan R2 sebesar 9,09 % dan 4,41 %. Untuk batas ukur 1 V tegangan resistor dengan batas ukur yang kecil (39 Ω) yang mampu tegangannya terdeteksi dengan % kesalahan pada R1 sebesar 9,09 %  dan pada batas ukur 100 mV tidak ada nilai tegangan yang terbaca pada alat ukur karena alat ukur yang digunakan tidak sesuai dengan NST alatnya.
Pengukuran tegangan listrik dengan multimeter digital dengan batas ukur yang digunakan yaitu 200 V di mana pada batas ukur ini nilai tegangan yang terukur dengan % kesalahan pada R1 dan R2 sebesar 9,09 % dan 6,62 %, pada batas ukur 20 V pada masing-masing resistor terdapat nilai terukur dengan % kesalahan pada R1 dan R2 sebesar 90,90  % dan 0,74 % sedangkan pada batas ukur 2000 mV dan 200 mV hanya tegangan pada R2 yang terbaca pada alat ukur  dengan  % kesalahan masing-masing sebesar 99,92 % dan  99,99%.
Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa dengan batas ukur yang berbeda, terdapat nilai tegangan yang dapat terukur dan ada yang tidak dapat dideteksi oleh alat ukur. Hal ini dipengaruhi oleh batas ukur yang digunakan dan NST alat ukur serta nilai hambatannya. Jika batas ukur yang digunakan sangat kecil dibandingkan nilai hambatan pada resistor, maka nilai tegangan tidak mampu terbaca. Sebaliknya jika hambatan besar dan batas ukur yang digunakan besar maka hasil pengukuran mampu dideteksi oleh alat ukur. Kesalahan relative yang paling besar adalah 100 %.
    Pengukuran Kuat Arus Listrik pada Rangkaian.
Pada pengukuran nilai kuat arus pada rangkaian seri digunakan dua buah resistor yaitu 39 Ω dan 470 Ω, serata besar tegangan sumber yang terukur yaitu 2,95 volt. Pada pengukuran kuat arus listrik pada basik meter kita menggunakan batas ukur yang berbeda yaitu 5 A terdapat nilai kuat arus listrik yang dapat dideteksi oleh alat ukur dengan % kesalahan untuk R1 dan R2 sebesar 100% dan  100%, serta pada batas ukur 1 A terdapat nilai kuat arus listrik yang juga dapat dideteksi oleh alat ukur dengan % kesalahan untuk R1 dan R2  sebesar 30,23 % dan  100 %,. Sedangkan pada batas ukur 100 mA dan 100 μA nilai arus tidak mampu dideteksi oleh alat ukur.
Pada multimeter analog dengan batas ukur yaitu 500 mA arus dapat terdeteksi dengan % kesalahan sebesar 53,48 % dan 100 %, dan batas ukur 50 mA tegangan yang terdeteksi hanya pada hambatan yang besar (470 Ω) dengan % kesalahan sebesar 99,71  %. Sedangkan pada batas ukur 0,5 mA nilai arus listriknya sama sekali tidak terbaca  oleh alat ukur.
Pada multimeter digital di mana batas ukur yang digunakan yaitu 10 A % kesalahan masing-masing untuk R1 dan R2 sebesar 30,23 % dan 99,04 %, untuk batas ukur 200 mA % kesalahan masing-masing untuk R1 dan R2 sebesar 30,23 % dan 99,04 %, 20 mA % kesalahan masing-masing untuk R1 dan R2 sebesar 99,53 % dan 99,99 % serta untuk batas ukur 2 mA % kesalahan masing-masing untuk R1 dan R2 sebesar 97,67 % dan 99,80 %,
 Berdasarkan hasil pengamatan yang kami peroleh dapat disimpulkan bahwa pada pengukuran arus listrik dengan alat ukur amperemeter dengan menggunakan batas ukur yang besar dengan hambatan yang besar pula maka arus listrik tidak memungkinkan terbaca pada alat ukur. Sedangkan berdasarkan analisis data yang kami peroleh dapat disimpulkan bahwa percobaan yang kami lakukan ini kuarang berhasil hal ini disebabkan karena terjadi kesalahan pada alat ukur serta ketidaktepatan pengamat dalam membaca skal alat ukur secara tepat.
SIMPULAN DAN DISKUSI
Simpulan
    Berdasarkan percobaan yang kami lakukan kami dapat ditarik kesimpulan bahwa pada ammeter dipasang seri karena ammeter berfungsi untuk mengukur arus listrik. Yang merupakan sebagai pembagi tegangan sumber dengan besar kuat arus pada tiap-tiap resistor bernilai sama. Pada rangkaian seri, semakin besar nilai hambatan pada resistor dalam rangkaian, maka semakin besar tegangan pada resistor tersebut.
    Pada voltmeter dipasang paralel karena voltmeter berfungsi untuk mengukur tegangan listrik yang merupakan rangkaian yang berfungsi membagi arus listrik dari tegangan sumber dan besar tegangan pada tiap-tiap resistor  nilai sama. Pada rangkaian paralel, semakin besar nilai hambatan pada resistor dalam rangkaian, maka semakin kecil kuat arus pada resistor tersebut.
Diskusi
Pada pengukuran arus dengan menggunakan alat ukur ammeter, maka alat ukur dipasang secara seri terhadap hambatan untuk mendapatkan nilai arus yang sama. Begitupun juga pada pengukuran tegangan dengan menggunakan alat ukur voltmeter, maka dipasang secara paralel untuk mendapatkan nilai tegangan yang sama. Namun, pada saat percobaan berlangsung diperoleh hasil pengamatan yang sangat berbeda dengan teori yang ada yaitu pada karakteristik rangkaian seri dan rangkaian paralel. Hal tersebut disebabkan karena adanya kesalahan paralaks, kesalahan titik nol dan kerusakan pada alat ukur.

DAFTAR RUJUKAN
Bishop, Owen. 2002. Electronics a First Course. Amsterdam: Newnes.
L.Boylestad, Robert .2010. Introductory Circuit Analysis. New york: Prentice Hall.
L.eggleston, Dennis. 2011. Basics electronics. Cambridge: Cambridge University Press.
Sutrisno. 1986. Elektronika Dasar. Bandung: ITB Press.
Woollard, Barry. 2006. Elektronika Praktis. Jakarta: Pradnya Paramita.